Aceh dengan syariat Islam nampaknya tidak terbebas dari adanya
tempat-tempat maksiat baik yang nyata maupun terselubung. Saya punya
pengalaman pada seorang teman yang datang dari Jakarta.
Sekitar akhir tahun 2011, seorang kenalan dari Jakarta datang ke Aceh
untuk urusan penambahan sarana penunjang suatu proyek… Saya dengannya
lebih kurang 4 bulan. Kami melakukan proyek itu untuk beberapa tempat di
Aceh, dari Banda Aceh sampai Nagan Raya. Memang proyek yang melelahkan
karena harus mengejar target (limit waktu yang ditetapkan). Kami harus
kerja keras dan tidur pun tidak jelas alias tidak teratur. Alhamdulillah
kerjaan kami selesai tepat waktu.
Sang kawan, akibat intensitas kerja yang
tinggi dan jauh dengan isteri membuat ia jadi stress karena ingin “buang
air” ngak ada tempat. Malahan bosnya yang di Jakarta mengatakan, kamu
jangan lama-lama di Aceh, nanti airnya bisa jadi odol. Aceh susah
mencari tempat buang air, beda dengan daerah lain di Indonesia. Baca:
lokalisasi wts.
Ia sering mengatakan pada saya bahwa di mana bang kita bisa dapat
wanita, aku ngak tahan lagi ingin buang air ni. Aku bilang, Aceh susah
cari tempat buang air. Ini kan daerah syariat Islam, ngak ada wanita
tuna susila atau lokalisasi. Ia juga maklum dan sabar aja.
Suatu hari kebetulan kami naik becak dan ngomong-ngomong tentang
masalah ini. Tiba-tiba tukang becak mengatakan bahwa ia tahu untuk
mendapatkan wanita untuk “dipakai” baik sekali buang air atau semalaman.
Senangnya kawanku ini karena sekian lama menanti akhirnya dapat juga.
Hatiku berkata: sia-sia aku menyadarkannya agar jangan “jajan” karena
aku sayang pada isteri dan anak-anaknya yang juga menginginkan hal yang
sama. Namun semua ini terwujud juga. Mudah-mudahan Aku tidak menanggung
dosanya.
Selang beberapa hari kemudian, ia katakan bahwa nanti malam aku akan
“bertempur”, sudah 2 bulan ngak buang air ni. Saya hanya mangut-mangut
saja. Lalu saya tanya di mana tempatnya, ia katakan di kawasan neusu dan
wanitanya dari kawasan peunayong. Oh… rupanya masih ada tempat mesum juga di Aceh? Masih belum datangkah syariat Islam ke situ?
Sebelum ia ke tempat itu, saya di ajak makan malam di simpang neusu dan
ia minum juice pinang yang terkenal saat itu (sekarang sudah tidak ada
lagi, mungkin pindah).
Selesai makan, dia langsung dijemput oleh becak yang mengurus semua
ini. Lalu saya pulang sendiri ke kosan, handphonenya ia titipkan ke
saya. Saya selalu membayangkan, tidakkah ia merasa mendusta akan janji
dengan isterinya bahwa ia akan mencintai dengan keadaan apapun. Saya
yakin bahwa isterinya akan gelisah… memang benar. Selang sejam dari yang
saya bayangkan, HP ia berdering… saya coba mengangkat teleponnya. Dan
saya katakan bahwa suaminya lagi ada meeting di suatu hotel dengan staff
dari Jakarta yang datang tadi sore, mungkin larut malam baru selesai,
itu amanah suami anda. Isterinya maklum saja. Bila aku tidak berbohong,
pasti akan terjadi petaka besar dalam rumah tangganya. Aku teringat
boleh berbohong bila memang “darurat yang membawa mudharat”.
Besok paginya, sekitar pukul 6 ia tiba kembali di kosan setelah
bertempur semalaman, 4 ronde katanya. Memang juce pinang luar biasa
khasiatnya… katanya. Belum pernah aku merasakan seperti ini. Rupanya
cukup banyak muda-mudi datang ke situ, kebetulan malam minggu, semua
kamar penuh bang… katanya. Lalu saya tanya kembali di mana tempatnya…
rahasia bang, nanti takut didatangi WH. Ya sudahlah… itu urusan
pemerintah…
Badannya jadi fress kembali, hilang stress dan memang nampak cukup
fit. Biaya yang ia keluarkan untuk prosesi ini hanya 700 ribu rupiah,
netto.
Memang saya yakin bahwa ada tempat-tempat mesum yang terselubung
masih beroperasi di Aceh, pasti laris manis, kan yang banyak dicari
orang pasti tempat ginian. Mudah-mudahan WH membaca tulisan ini dan
dapat membasmi tempat maksiat di Aceh………….. Semoga!
Minggu, 01 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hotelnya itu dideket2 lapangan, diseberangnya ada banyak yang jual es kelapa muda, parkir didalam, langsung depan pintu kamar untuk mesum...
BalasHapus:)
Hapus