Pemerintahan Presiden Iran Hassan Rohani mengukir banyak prestasi di
berbagai bidang politik, ekonomi, budaya dan sosial dalam 100 hari
kinerjanya. Di antara prestasi yang paling penting adalah mengembalikan
roda pemerintahan ke jalur yang rasional, bijak dan menghindari
slogan-slogan yang tak perlu.
Meskipun prestasi
pemerintah pada masa singkat itu tidak bisa dijadikan parameter utama
untuk menilai kinerja pemerintah, tapi jumlah prestasi yang diraih pada
masa singkat itu cukup menggembirakan.
Sejak awal
menjabat, Presiden Rohani mengambil langkah-langkah penting untuk
merealisasikan janji-janjinya dan hal itu tampak dalam menyusun anggota
kabinet dan membangun komunikasi dengan semua kubu politik di Iran.
Rohani memilih para pembantunya berdasarkan efektifitas dan menekankan
pada kapasitas masing-masing individu terlepas dari orientasi politik
mereka. Oleh karena itu, salah satu kriteria pemerintah "bijak dan
harapan" adalah bersifat non-partisan dan kabinet teknokrat.
Salah satu slogan kampanye Rohani dalam pemilu lalu adalah memberi
ruang yang lebih besar kepada perempuan untuk terlibat di pemerintahan.
Sejalan dengan janjinya itu, pada Agustus lalu, Menteri Luar Negeri Iran
Mohammad Javad Zarif mengangkat Marzieh Afkham, seorang diplomat senior
sebagai juru bicara Kementerian Luar Negeri. Afkham menjadi perempuan
pertama di Iran yang memegang posisi sebagai juru bicara kementerian
sejak kemenangan Revolusi Islam.
Akan tetapi, aspek
yang paling penting dari keberhasilan di arena politik, berhubungan
dengan prestasi-prestasi di bidang diplomatik dan interaksi konstruktif
dengan dunia.
Pendekatan bijak dan rasional di bidang
kebijakan luar negeri, tidak hanya memperbaiki citra Iran di mata dunia
dan mengurangi sanksi-sanksi ilegal terhadap negara itu, tapi juga
relatif membantu dalam mengembalikan stabilitas pasar dan ekonomi.
Pemerintahan Rohani juga mempercayakan masalah penyelesaian kasus
nuklir Iran kepada Departemen Luar Negeri untuk mengurangi dimensi
keamanan isu nuklir, sebuah keputusan yang tampaknya disetujui oleh
semua lembaga negara. Sebelum ini, masalah nuklir Iran ditangani oleh
Dewan Tinggi Keamanan Nasional.
Kunjungan Presiden
Rohani ke New York untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB dan
pencapaian-pencapaiannya, merupakan titik balik diplomasi
pemerintahannya sepanjang 100 hari lalu.
Pidato Rohani
dan pertemuannya dengan sejumlah pejabat tinggi dari berbagai negara
dunia, termasuk di antara peristiwa-peristiwa yang telah mengubah
pandangan dunia terhadap Republik Islam.
Delegasi Iran
mendapat sambutan hangat dari para pejabat tinggi negara-negara dunia
di sela-sela sidang Majelis Umum PBB. Fenomena ini mengindikasikan babak
baru dalam kebijakan luar negeri Republik Islam Iran.
Prestasi bersejarah yang diukir oleh pemerintahan Rohani sejauh ini
adalah mengakhiri sengketa nuklir dengan Barat. Setelah perundingan
yang alot dan melelahkan, akhirnya sebuah kesepakatan sementara antara
Iran dan kelompok 5+1 berhasil ditandatangani di Jenewa, Swiss.
Kesepakatan Jenewa memberi pengakuan resmi kepada Iran untuk memperkaya
uranium untuk kepentingan damai. Kesepakatan sementara ini tidak hanya
akan meringankan sanksi Barat terhadap Iran, tapi juga melarang
pengenaan sanksi baru oleh Dewan Keamanan PBB, Uni Eropa, atau Amerika
Serikat. Perjanjian ini diharapkan akan membuka jalan bagi penyelesaian
komprehensif untuk mengakhiri satu dekade sengketa Barat dengan Republik
Islam atas program energi nuklirnya.
Tidak hanya itu,
pemerintahan Rohani juga sukses memainkan peran konstruktif untuk
mencegah kemungkinan serangan militer ke Suriah. Rusia dengan dukungan
penuh Iran, menawarkan sebuah inisiatif pengawasan internasional
terhadap senjata kimia Suriah demi menghentikan ambisi perang Barat.
Dalam diplomasi energi, Republik Islam Iran terpilih sebagai pemimpin
baru Forum Negara Pengekspor Gas (GECF). Mohammad Hossein Adeli, mantan
gubernur Bank Sentral Iran dan mantan Duta Besar Iran untuk London,
terpilih sebagai sekretaris jenderal GECF untuk masa jabatan dua tahun
ke depan.
Ini adalah pertama kalinya sejak sekitar
setengah abad lalu bahwa seorang pejabat Iran menduduki posisi tertinggi
di sebuah organisasi internasional di bidang energi. (IRIB
Indonesia/RM)
Rabu, 27 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar